Selasa, 07 Juli 2009

Mari Berbagi (inspired form L. Syarifudin)

Orang bijak berkata dengan berbagi kita berkasih sayang. memang benar, karena berbagi adalah satu bentuk nyata dari kasih sayang. berbagi bisa dalam wujud apapun, apakah itu bersifat materiil ataupun immateriil.

sayangnya, dalam dunia dimana kesejahteraan tak lagi merata, tidak semua orang bisa berbagi, khususnya berbagi yang bersifat materiil, tentunya bagi mereka yang memang memiliki keterbatasan dalam hal ketersediaan materiil.

perkataan lain dari orang bijak adalah, bahwa Tuhan memang menyukai manusia yang sering berbagi, apalagi jika manusia itu memiliki keterbatasan. begitu pula sebaliknya, Tuhan membenci orang yang kikir, apalagi kekikirannya ketika ia diberikan kelebihan materi.

kenyataanya tak semua orang kaya ingin berbagi, dan tidak sedikit orang miskin yang rela berbagi. tak semua orang yang tak membutuhkan sesuatu tapi tak mau memberikan sesuatu itu untuk dibagikan kepada orang yang membutuhkannya, namun tak sedikit pula orang yang membutuhkan sesuatu, tapi mendahulukan orang lain untuk menggunakan sesuatu itu.

kekayaan harta tak menjamin seseorang akan menjadi orang yang sering berbagi, begitu pula keterbatasan harta tak menjadikan mereka orang yang kikir untuk berbagi. sungguh, kekayaan hakiki adalah ada pada kekayaan nurani. kekayaan nurani lah yang akan membuat seseorang rela berbagi, sebaliknya ketakutan akan ketidaktersedian harta membuat seseorang kikir, takut kehilangan hartanya, seolah-olah dengan harta itu ia akan menjalani hidup yang kekal.

satu kisah menarik, bahkan membuat saya merasa kagum sekaligus malu. ada seorang kepala keluarga yang kini berada pada usia pensiun. sekalipun selama ini kehidupan keluarganya terpenuhi, tapi bukan berarti bapak ini selalu dalam kecukupan.

suatu saat, ada pekerjaan yang ditawarkan kepadanya. ia sadar jika ia mengambil pekerjaan itu, maka kebutuhannya akan semakin tercukupi. tapi apa yang ia lakukan? ia malah mempromosikan adik-adik almamaternya untuk menerima pekerjaan itu. menurutnya, keadaan adik-adiknya lebih membutuhkan daripada dirinya.

ap akah ia tidak butuh? tentu saja ia butuh pekerjaan itu. hanya saja kekayaan nurani membuatnya memiliki kekuatan untuk berbagi. bahkan kekayaan nurani yang ia miliki telah diajarkan pada keluarganya, dan hasilnya bukan sikap tidak setuju dari keluarga yang ia terima, tapi sikap salut dan segan yang didapatkan.